Cerita ini bermula dari saya mendengar cerita papah saya yang bekerja di salah satu perusahaan yang tidak ternama, sebutlah perusahaan A. Perusahan A tersebut menyediakan barang-barang import berkualitas dari amerika di bidang kelistrikan, yang mana untuk satu total transaksinya mencapai miliaran bahkan puluhan miliar. Perusahaan ini berjalan independent, bahkan hanya bos nya saja tanpa karyawan. Tapi selain relasi bisnis di amerika, si bosnya ini punya perusahaan juga di Amerika yang dipegang oleh anaknya. Jadi, amerika bukanlah negara yang asing baginya.
aset keluarga |
Singkat cerita ketika papah saya join dengan bos-nya, perusahaan A ini mencoba untuk mempromosikan produk baru nya di bidang kesehatan. Ketika tahap promosi tersebut, ternyata terkendala dengan surat izin usaha yang sudah tidak aktif dan terdaftar. Setelah ditindaklanjuti ternyata izin usaha nya sudah kedaluwarsa, sehingga perlu izin dengan prosedur yang baru untuk bisa kembali aktif, yaa bisa dibilang sama saja seperti membuat perusahaan baru.
Bergegaslah papah saya mengajukan surat izin usaha yang baru dengan sistem sekarang yang semuanya terintegrasi lewat digital. Persyaratan yang dibutuhkan pun cukup rumit, seperti data lengkap pegawai, tempat usaha, keamanan di tempat usaha (evakuasi, alat pemadam, dll) , tata letak gedungnya dan itu semua dalam bentuk foto yang ada titik koordinatnya.
Ini Bagian Cerdiknya
Lalu kendala selanjutnya ada di tempat yang perlu dilampirkan dalam surat pengajuan. Si bos tiba-tiba mendatangi sebuah gedung bekas usaha produksi spare part mobil yang rencana nya akan dijual, papah saya pun hanya ngikut mendampinginya tanpa tahu maksudnya. Dia datang seakan-akan akan membeli tempat tersebut dan memerintahkan papah saya untuk mengambil foto agar lebih menyakinkan satpam yang berjaga disana. Kedatangan pertama sudah menghasilkan foto. Tetapi setelah diajukan surat izin usaha ternyata masih ditolak, karena keadaannya yang kotor dan tidak terawat ditambah tidak terdapat jalur evakuasi, alat smoke detector dan ketentuan ketentuan lainnya. Fyi, memang gedung tersebut sudah tidak berpenghuni.
Kemudian datang kembali untuk kedua kalinya, dan meminta izin ke satpam yang berjaga untuk sedikit membersihkan tempatnya dengan berkata bahwa "untuk pengajuan pembelian tempat diperlukan dokumentasi yang lebih menyakinkan agar atasan kami menyetujuinya, sehingga kami izin menata terlebih dahulu ya pak" ujar papah saya dengan berlagak sok iye biar di izinkan.
Dalam waktu tersebut dibersikanlah titik-titik yang "hanya" akan diambil fotonya saja, dan menambah semua kebutuhan K3 seperti stiker jalur evakuasi, ia pun membeli alat pemadam api, smoke detektor yang hanya di tempel, dan yang lainnya dengan mode pajangan.
Setelah semua persyaratan foto didapat, kemudian pamit ke pak satpam dan mengajukan kembali izin usahanya tersebut. Setelah menunggu beberapa minggu, akhirnya izin usaha pun terbit dan disetujui.
Dan perihal rencana pembelian gedung bekas, itu hanyalah trik supaya si perusahaan A ini punya dokumentasi perusahaan agar izin usahanya di setujui. Kelanjutan tentang pembeliannya?? ya ngga ada. Karena emang ga niat beli hihihi.
Walaupun cari ini licik, tapi si bosnya pun berencana akan membeli hal serupa, tapi tidak untuk yang itu dan tidak saat ini, karena memang masih belum dibutuhkan dan ia hanya perlu izin usaha untuk menjual dan memasarkan produknya.
Katanya, kalau ga nekat ga jalan.
I admire him for his crazy mind.
maaf mas mau tanya,nama papa masnya siapa ya?
ReplyDeleteKeren sangat , smuanya perlu perjuangan cerdik dalam hal menuju suatu kesuksesan .mantap👍
ReplyDelete